Minggu, 28 Agustus 2011

Adikku Tersayang

Segar sehabis mandi, Evi keluar
dari kamarnya dan dari teras di
depan kamarnya di lantai 2, ia
melihat adiknya, Nita, memasuki
rumah dengan wajah merah
kepanasan, namun tampak ceria.
Nita baru pulang dari sekolah,
kemeja putih dan rok birunya
tampak lusuh. Tak melihat siapa
pun di rumah, Nita langsung naik
dan masuk ke kamarnya lalu
menyalakan AC. Ia mencuci muka
dan tangannya di kamar mandi
dalam kamarnya saat
mendengar kakaknya bertanya,
"Hey, gimana
pengumumannya?"
Nita keluar dari kamar mandi
mendapatkan Evi bersandar di
pintu kamarnya dengan tangan
ke belakang.
"Nita diterima di SMA Theresia,
Kak!" jawab Nita dengan ceria.
Evi berjalan ke arahnya dan
memberikan sebuah kado
terbungkus rapi.
"Nih, buat kamu. Kakak yakin
kamu diterima, jadi udah nyiapin
ini."
"Duuh, thank you, Kak!" Nita
setengah menjerit menyambar
kado itu.
Evi duduk di ranjang Nita
sementara adiknya duduk di
meja belajarnya membuka kado
itu dan mendapatkan sebuah
gelas berbentuk Winnie the
Pooh, karakter kartun
kesukaannya, sedang memeluk
tong bertulisan "Hunny". Kali ini
Nita benar-benar menjerit,
"Aaah, bagus banget! Thank you,
Kak!"
Nita melompat ke ranjang dan
memeluk kakaknya erat-erat,
dan dengan tiba-tiba mencium
bibir Evi. Evi tersentak, bukan
karena Nita menciumnya, tapi
karena getaran elektrik yang ia
rasakan dari bibir adiknya yang
basah menyambar bibirnya dan
menyebar ke seluruh tubuhnya.
Ciuman yang sebenarnya hanya
berlangsung beberapa detik itu
membuat jantung Evi berdebar.
Nita melepas ciumannya, namun
tak melepas pelukannya yang
erat. Evi tersenyum berusaha
menutupi perasaannya, lalu
mengecup bibir adiknya dengan
lembut. Nita meletakkan gelas itu
di meja kecil di sisi ranjangnya
dan merebahkan diri. Ia menarik
Evi agar berbaring di sisinya, lalu
kembali memeluknya.
"Kak, Nita kangen nih ama Kakak.
Sejak Kak Evi pacaran ama Mbak
Anna, kapan kita pernah tidur
bareng lagi? Cerita-cerita sampe
ketiduran? Nggak pernah kan?"
"Bukan gitu, Nit," jawab Evi,
"Kakak kan kuliahnya sibuk,
bukan karena pacaran ama
Anna."
Evi kembali merasakan dadanya
berdebar hanya karena dipeluk
oleh adiknya yang cantik ini. Ia
baru menyadari bahwa ia
memang sudah lama sekali tak
pernah sedekat ini dengan Nita.
"Lagian ngapain sih Kakak
pacaran ama Mbak Anna? Ntar
ketahuan Papa baru tahu lho!"
kata Nita sambil mengernyitkan
dahinya seakan memarahi
kakaknya.
Wajah Nita begitu dekat dengan
wajahnya, membuat Evi merasa
canggung dan semakin
berdebar. Evi berusaha keras
meredam ketegangannya dan
menutupi perasaannya dari
adiknya.
"Sok tahu kamu," kata Evi, "Papa
kan udah tahu Kakak pacaran
ama Anna. Malah sebelum
berangkat ke Jerman, Anna
pernah ketemu dan ngobrol ama
Papa. Sekarang Papa udah bisa
kok nerima kenyataan bahwa
Kakak emang lesbian."
Hangatnya hembusan napas Nita
di lehernya membuat Evi
semakin berdebar dan ia
merasakan panas yang hebat
dari selangkangannya. Evi tahu
ia tak mampu menahan diri lebih
lama lagi saat celana dalamnya
mulai terasa lembab.
"Sana mandi dulu kamu!" tukas
Evi sambil mendorong adiknya,
"Kamu bau matahari!"
"Ngg.." balas Nita kolokan walau
tetap melepaskan lengannya
yang melingkari pinggang Evi.
"Tapi Kakak jangan pergi dulu.
Nita masih kangen ama Kakak,"
kata Nita sambil berjalan ke
kamar mandi.
Evi duduk dan melipat kedua
kakinya rapat-rapat di depan
dadanya. Ia memeluk kedua
kakinya sambil menyadarkan
dagu ke lututnya. Ia menghela
napas dalam-dalam berusaha
menenangkan gairahnya.
"Kenapa aku sampai begitu, sih!"
ia memarahi dirinya sendiri
dalam hati.
"Nita kan adikku sendiri!"
"Mungkinkah karena sudah
hampir 4 bulan Anna pergi dan
aku kangen pada pelukan dan
sentuhan lembut wanita?" Evi
menyelonjorkan kakinya di
kasur dan mulai meraba-raba
pahanya. Sambil membayangkan
dada Anna yang montok, tangan
kiri Evi meraba-raba dadanya
sendiri, sementara tangan
kanannya naik meremas-remas
selangkangannya.
Evi tersentak dari lamunannya
dan melepas kedua tangannya
dari bagian-bagian vitalnya dan
kembali menarik napas dalam-
dalam. Ia tak ingin terlihat
bergairah saat adiknya keluar
dari kamar mandi nanti.
Tak memakan waktu lama, Nita
keluar dari kamar mandi dalam
keadaan bugil. Ia mengambil
celana dalam dan daster dari
lemari. Evi menatap adiknya
memakai celana dalam,
jantungnya yang belum
sepenuhnya kembali normal
langsung berdebar lagi melihat
tubuh Nita yang langsing namun
berisi itu. Nita tidak mengenakan
dasternya, tetapi langsung
duduk bersila di sisi kakaknya di
ranjang dan meletakkan
dasternya di pangkuannya.
Evi tersenyum berusaha
menutupi gairahnya dan
membelai rambut adiknya. Nita
memonyongkan bibirnya seperti
orang ngambek dan berkata,
"Kak Evi kok mau sih ama Mbak
Anna? Dia kan.." Nita tampak
agak ragu sebelum akhirnya
melanjutkan, "Dia kan nggak
cantik." Bukannya marah,
senyum Evi malah berubah jadi
tawa, "Kamu nggak boleh
menilai orang dari penampilan
fisiknya. Anna kan baik banget
orangnya, lembut dan penuh
pengertian. Lagian fisiknya juga
nggak jelek-jelek amat. Toket
dan pantatnya kan gede banget,
Nit. Asyik banget untuk diremas.
Dan ciumannya jago banget. Dia
yang ngajarin Kakak ciuman."
"Iya sih. Toket Nita nggak gede
ya, Kak?" kata Nita sambil
memandang payudaranya.
"Siapa bilang?" balas Evi, "Toket
kamu gede lagi! Kamu tuh
tumbuh melebihi orang
seumurmu. Waktu Kakak 17
tahun, toket Kakak belum
segede kamu."
Dengan polos, Nita bertanya,
"Emang enak, Kak, diremas ama
sesama cewek?"
Belum sempat Evi menjawab,
Nita meraih tangan kakaknya
dan meletakkannya di atas
dadanya. Evi tersentak, namun
membiarkan Nita menggerakkan
tangannya berputar-putar di
dada adiknya yang terasa
lembab dan segar itu. "Mmmhh.."
Nita mendesah dan matanya
setengah menutup. Gairah Evi
yang sudah sulit dikendalikan
semakin meledak melihat reaksi
adiknya yang sangat
merangsang itu. Evi mulai
meremas-remas dada adiknya
dengan lembut lalu memilin-milin
puting dada Nita yang terasa
semakin membesar dan
mengeras.
"Uhh.." Nita kembali mendesah
dan membiarkan Evi meraba dan
meremas dadanya, sementara
kedua tangannya sendiri
meremas sprei kasurnya. Tak lagi
berusaha mengendalikan
gairahnya yang sudah
memuncak, Evi meraih dagu
adiknya dengan tangan kiri
sementara tangan kanannya
terus meremas dada Nita
dengan semakin bernafsu. Evi
menarik wajah Nita dan
mengecup bibirnya yang basah.
"Mmmhh.." reaksi Nita yang
hanya berupa desahan itu
membakar nafsu Evi. Sambil
meremas dada adiknya dengan
bergairah, Evi mengulum bibir
bawah adiknya yang segera
membuat Nita membalas dengan
mengulum bibir atas Evi. Kakak
beradik ini saling menghisap
bibir selama beberapa saat,
sampai akhirnya Evi melepas
ciuman mereka. Nita membuka
mata mendapatkan ia dan
kakaknya sama-sama terengah-
engah setelah berciuman
dengan penuh gairah.
"Ohh, ternyata enak ya, Kak?
Nita nggak nyangka deh. Kak Evi
juga enak?" tanya Nita dengan
polos.
"Gila kamu, Nit! Dari tadi Kakak
udah mau mati nahan gairah
Kakak gara-gara kamu peluk,
kamu cium, ngelihat kamu
telanjang!" jawab Evi, "Kamu sih!
Ngapain lagi kamu tarik tangan
Kakak ke toket kamu?"
Nita tampak terkejut dengan
kerasnya kata-kata kakaknya,
"Sorry, Kak. Nita cuma kangen
aja ama Kak Evi dan pengen
disentuh. Sorry.." katanya sambil
menundukkan kepala.
"Ssstt.." Evi menarik dagu
adiknya lagi hingga mereka
saling bertatapan, lalu
menampilkan senyumnya yang
manis, "Tapi kamu suka kan?"
Nita hanya membalas dengan
senyuman yang tak kalah
manisnya.
Evi menggeser duduknya di
ranjang hingga bersandar pada
dinding, "Sini," ia menarik lengan
Nita agar duduk di sisinya.
Mereka duduk berdampingan,
Evi membelai rambut Nita, lalu
dengan tangan di belakang
kepala adiknya, Evi menarik
wajah Nita mendekati wajahnya,
"Nih ajaran Anna. Kamu nilai
sendiri enak apa nggak." Evi
kembali mencium bibir Nita.
Kendali diri sudah sepenuhnya
kembali pada dirinya setelah
menyadari bahwa Nita juga
menikmati semua ini, Evi
mengatur alur percintaan tanpa
tergesa-gesa. Ia tak lagi meraba-
raba adiknya. Kini Evi hanya
mengulum bibir adiknya, kadang
seluruh mulutnya, lalu
melepasnya, lalu mengulumnya
lagi. Kadang ia biarkan Nita yang
menghisap bibirnya dengan
lebih bernafsu, lalu melepasnya
untuk melihat adiknya maju
mengejar mulutnya yang sedikit
ia buka, memancing gairah Nita.
Evi mendorong adiknya hingga
rebah di kasur. Mereka
berciuman lagi dengan penuh
gairah. "Kak.." Nita mendesah. Evi
menjawab dengan
menyelusupkan lidahnya dengan
lembut ke dalam mulut Nita yang
sedikit terbuka. Tenggorokan
Nita tercekat saat merasakan
lidahnya bersentuhan dengan
lidah kakaknya. Ini perasaan
yang belum pernah ia rasakan
sebelum ini. Ia tak menyangka
akan merasakan rangsangan luar
biasa sebagai akibatnya.
Jilatan lembut Evi pada langit-
langit dan lidah Nita membuat
Nita terangsang, namun menjadi
semakin rileks karena merasa
semakin menyatu dengan
kakaknya. Nita mulai membalas
gerakan lidah Evi dengan
gerakan lidahnya sendiri.
Mengetahui adiknya sudah bisa
menikmati ini, Evi membelitkan
lidahnya pada lidah Nita sambil
menghisap bibir adiknya. Evi
melepas lidahnya dari mulut
adiknya, lalu berkata, "Hisap
lidah Kakak, Sayang."
Kata-kata lembut Evi membuat
Nita semakin bergairah, seakan
sedang bercinta dengan
kekasihnya. Dengan bernafsu, ia
menghisap lidah Evi yang
kembali menjelajahi mulutnya.
Mereka berciuman dan
bergantian saling menghisap
lidah untuk waktu yang lama.
Merasa gairah adiknya dan
gairahnya sendiri semakin
membara, Evi mulai
meningkatkan kecepatan
percintaan dengan meraba paha
dan selangkangan Nita. Nita
mendesah saat merasakan
sentuhan di bagian yang belum
pernah disentuh siapa pun itu.
Evi melepas bibirnya dari bibir
adiknya, lalu mulai menjilati
telinga dan leher Nita. Desahan
Nita mulai berubah menjadi
erangan kenikmatan.
Tanpa melepas tangannya dari
selangkangan Nita, Evi
menurunkan jilatannya ke dada
adiknya yang montok itu. "Ah..!"
Nita menjerit kecil saat pertama
kali lidah kakaknya menyentuh
puting buah dadanya, "Ooohh..
aahh.. Kak.." desahnya dengan
penuh kenikmatan. Nita
membuka matanya menyaksikan
Evi menjilati puting dan
payudara Nita dengan semakin
cepat dan bernafsu, membuat
putingnya membesar dan
mengeras. Kadang Evi menggigit
puting Nita membuat Nita
menjerit kecil dan memaju-
mundurkan pantatnya seirama
dengan gerak tangan Evi di
selangkangannya, sehingga
tangan Evi terasa semakin
menekan dan meremas di
selangkangannya yang kini
sudah basah kuyup.
Bangkit dari dada Nita, Evi
menduduki adiknya dengan
selangkangan tepat di atas
selangkangan adiknya. Evi
menarik kaosnya lalu
melemparkannya ke lantai.
Kedua tangan Nita meremas
dada kakaknya saat Evi sedang
berusaha melepas BH-nya. Evi
melempar BH-nya dan Nita
semakin bernafsu meremas
dada dan puting telanjang
kakaknya. Mereka saling
menghujam selangkangan
hingga saling menekan. "Hhh.."
desah Evi yang menikmati
remasan adiknya pada dadanya
yang telah membesar dan
mengeras itu. Tak tahan lagi
untuk segera merasakan
adiknya, Evi bangkit membuka
celana pendek sekaligus celana
dalamnya, lalu menarik celana
dalam Nita hingga terlepas,
menampilkan setumpuk kecil
bulu tipis yang menutupi
kemaluan yang telah
membengkak penuh gairah. Bau
seks menyebar dari vagina Nita,
membuat isi kepala Evi serasa
berputar penuh gairah tak
tertahankan.
Evi meraba bibir vagina adiknya
yang telah berlumuran lendir
gairah. "Ohh, Kakaak!" Nita
tersentak merasakan nikmatnya
sentuhan di titik terlarang itu.
Tak tahan lagi, Evi segera
menjilati bibir vagina Nita
dengan bernafsu, menikmati
manisnya lendir vagina Nita.
"Ah! Ah! Kak! Ah!" Nita menjerit-
jerit tak tertahankan, tubuhnya
menggelinjang merasakan
kenikmatan yang tak pernah
terbayangkan olehnya.
Dua jari Evi membuka bibir
vagina Nita, menampilkan
klitoris yang telah membengkak
keras dan teracung keluar. Lidah
Evi menari pada klitoris adiknya
sambil tangan kirinya naik
meremas-remas payudara Nita,
membuat Nita terpaksa
mencengkeram sprei untuk
menahan gelinjang tubuhnya
yang semakin sulit dikendalikan.
Ini tak membantu menahan
jeritannya yang semakin keras
"Aaagghh! Aaagghh! ohh,
Kakaak! Nikmat, Kaak! Jangan
berhen.. aagghh!" Nita telah
terlontar ke dalam dunianya
sendiri.
Memang tak berniat berhenti,
lidah Evi masuk ke dalam vagina
Nita dan menjilatinya tanpa
ampun. Nita meluruskan kedua
lengannya di sisi menopang
tubuhnya ke posisi duduk
mengangkang, menyaksikan
kepala kakaknya di antara kedua
pahanya. Tak mampu
mengendalikan kenikmatan seks
yang terus meningkat ini, Nita
menghunjamkan
selangkangannya ke wajah
kakaknya berulang kali,
sementara lidah Evi semakin
cepat bergetar di dalam vagina
Nita, sambil menikmati lendir
vagina adiknya yang terus
mengalir ke dalam mulutnya.
Hunjaman selangkangan dan
gelinjang tubuh Nita yang
semakin kasar dan tak terkendali
membuat Evi tahu bahwa
adiknya tak akan tahan lebih
lama lagi. Ia semakin bernafsu
menjilati adiknya, di dalam
vagina, bibir vagina serta
klitorisnya. Tepat dugaannya,
tak lama kemudian kedua paha
Nita menghentak kaku menjepit
kepala Evi, tubuh Nita
bergelinjang semakin kasar dan
liar, sementara vaginanya
berkontraksi dan memuncratkan
gelombang demi gelombang
lendir seks yang tak mampu lagi
ia bendung.
"Aaakk.. aahh.. ahh Kakk.." jerit
Nita tak peduli lagi pada dunia,
hanya kenikmatan orgasme
pertamanya ini yang berarti
baginya. Evi membuka mulutnya,
mengulum seluruh vagina
adiknya dan menenggak lendir
orgasme yang membanjiri seisi
mulutnya hingga sebagian
menetes dari bibirnya ke dagu
dan lehernya.
Orgasme demi orgasme melanda
Nita selama semenit penuh,
hingga akhirnya ia merasa
begitu lemah sampai tubuhnya
jatuh ke kasur dengan penuh
kenikmatan dan kepuasan. Evi
menjilati lendir yang lolos ke sisi
selangkangan dan paha adiknya,
lalu memanjat tubuh adiknya
dan menindih tubuh adiknya.
Sambil terengah-engah, ia
menyaksikan Nita yang
memejamkan mata penuh
kepuasan. Evi mengecup bibir
Nita, membuat Nita membuka
matanya dan tersenyum. Ia
memeluk tubuh telanjang Evi,
lalu membalas kecupan kakaknya
dengan ciuman penuh pada
mulut Evi. Lidah mereka terpaut,
Nita menghisap lidah kakaknya,
lalu melepaskannya untuk
menjilati wajah, pipi dan leher
Evi yang berlumuran lendir
orgasmenya sendiri. Lendir seks
ini terasa nikmat dan manis
baginya.
Nita tahu Evi terengah-engah
bukan hanya karena habis
memakan vaginanya dengan
brutal, namun juga karena
gairahnya yang telah
memuncak. Nita melorotkan diri
di bawah tubuh kakaknya,
menggesekkan payudaranya
pada payudara Evi. Wajah Nita
tiba di depan payudara Evi saat
Evi mengangkat tubuhnya
dengan menopangkan dirinya
pada sikunya. Tanpa ragu Nita
mulai menjilati puting payudara
kakaknya hingga napas Evi
semakin tersenggal-senggal
menahan gairah yang semakin
melonjak dalam dirinya.
Selangkangannya semakin
memanas dan lendir seksnya
meleleh keluar dari vaginanya,
menetes-netes di paha Nita.
"Ohh, Sayang! Kakak nggak
tahan lagi, Sayang!" erang Evi.
Memahami maksud kakaknya,
Nita melorotkan tubuhnya
kembali hingga wajahnya tiba di
depan vagina Evi, dan tanpa
menunda lagi, Nita langsung
menyusupkan lidahnya ke dalam
vagina kakaknya.
"Aaahh! Ahh! Sayaang!" Evi
menjerit selagi Nita sibuk
menjilati vaginanya dari dalam
hingga ke klitorisnya berulang-
ulang.
Dengan bernafsu, Evi menduduki
wajah adiknya, lalu menaik-
turunkan tubuhnya,
menghujamkan vaginanya ke
wajah adiknya berulang-ulang.
Sambil meremas pantat Evi, Nita
meluruskan lidahnya hingga
kaku dan menghujam wajahnya
seirama dengan gerakan pantat
kakaknya ini. Lendir gairah
meleleh ke wajah dan pipi Nita
saat ia memaikan kakaknya
dengan lidahnya. Tak lama Evi
mampu bertahan setelah
gelombang rangsangan bertubi-
tubi yang telah ia nikmati,
puncak kenikmatan pun meledak
dan Evi tersentak kaku di atas
wajah adiknya dalam kepuasan
orgasme demi orgasme yang
menyemprotkan lendir panas ke
dalam mulut Nita berulang kali.
Nita berusaha keras menghisap
dan menelan seluruh lendir
orgasme Evi yang memenuhi
mulutnya. Begitu banyaknya
lendir kepuasan yang Evi
tumpahkan ke mulut adiknya,
sebagian terpaksa mengalir
keluar ke pipi Nita. Dari kaku,
perlahan-lahan tubuh Evi mulai
melemas dan jepitan pahanya
pada kepala Nita pun mulai
mengendur, hingga akhirnya Evi
jatuh terbaring lemas di atas
ranjang. Nita mendekati wajah
kakaknya yang menantinya
dengan tersenyum, lalu mencium
bibir kakaknya. Mereka
berpelukan dan berciuman
beberapa saat. Evi membelai
rambut adiknya, sementara Nita
meremas pantat kakaknya. Lelah
berciuman, Evi menghela napas
panjang sebelum akhirnya
mengatakan, "Aku cinta kamu,
Sayang.." Nita hanya tersenyum
dan mereka terus berpelukan
hingga tertidur dalam rasa lelah
yang penuh dengan kepuasan.
TAMAT

7 komentar:

  1. Busukkk nih ceritaaaaaa

    BalasHapus
  2. Best sangat cerita ni.. Buatkan saya nak baca tiap hari..
    Tumpang Iklan
    No 1 Di Malaysia..
    Lelaki mesti baca!!!~
    >>>Enlargexl:Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<

    BalasHapus
  3. Cerita yang sangat menarik admin.. pengalaman sendiri ke?.
    Tumpang Iklan

    Best betul tuan..memang best..
    Apa yang best?.
    Ubat tuan memang jadi.. best sangat..
    Keras macam batu..tahan lama lak tu..
    Meraung isteri saya..hahahah
    Baguslah tu..teruskan usaha demi negara.
    Hehe..terima kasih tuan..
    Lain kali nak order lagi..

    >>>Enlarge XL Malaysia-Besarkan Zakar dan Panjangkan Zakar Semula Jadi! <<<

    BalasHapus
  4. http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/anti-mainstream-undangan-pernikahan-ini.html
    http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/bikin-geger-penampakan-misterius-yang.html
    http://seputarvip99domino.blogspot.com/2017/12/7-bulan-dikremasi-jadi-abu-pria-ini.html

    Tunggu Apa Lagi Guyss..
    Let's Join With Us At vipkiukiu .net ^^
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami :
    - BBM : D8809B07 / 2B8EC0D2
    - WHATSAPP : +62813-2938-6562
    - LINE : DOMINO1945.COM
    - No Hp : +855-8173-4523








    BalasHapus