Kamis, 25 Agustus 2011

Suatu Sore di Kampung Halamanku

Aku Linda, mahasiswi hukum
Universitas Pajajaran. Semenjak
dua tahun yang lalu, saat
diterima kuliah di Universitas
Pajajaran, aku tinggal di
Bandung. Aku berasal dari
Sukabumi, ayahku berasal dari
Bandung, sedangkan ibuku asli
Sukabumi. Mereka tinggal di
Sukabumi. Cerita ini
menceritakan kisahku yang
terjadi saat aku kelas 1 SMA di
Sukabumi yang terus berlanjut
sampai aku kuliah sekarang.
Aku anak yang paling tua dari
dua bersaudara. Aku mempunyai
satu adik laki-laki. Umurku
berbeda 2 tahun dengan adik.
Kami sangat dimanja oleh orang
tua kami, sehingga tingkahku
yang tomboy dan suka maksa
pun tidak dilarang oleh mereka.
Begitupun dengan adikku yang
tidak mau disunat walaupun dia
sudah kelas 2 SMP.
Waktu kecil, aku sering mandi
bersama bersama adikku, tetapi
sejak dia masuk SD, kami tidak
pernah mandi bersama lagi.
Walaupun begitu, aku masih
ingat betapa kecil dan
keriputnya penis seorang
cowok. Sejak saat itu, aku tidak
pernah melihat lagi penis cowok.
Sampai suatu ketika, pada hari
senin sore, aku sedang asyik
telpon dengan teman cewekku.
Aku telpon berjam-jam, kadang
tawa keluar dari mulutku,
kadang kami serius bicara
tentang sesuatu, sampai
akhirnya aku rasakan kandung
kemihku penuh sekali. Aku
kebelet pipis. Benar-benar
kebelet pipis, sudah di ujung lah.
Cepat-cepat kuletakkan gagang
telpon tanpa permisi dulu sama
temanku. Aku berlari menuju ke
kamar mandi terdekat. Ketika
kudorong ternyata sedang
dikunci.
"Hey..! Siapa di dalam..? Buka
dong..! Udah nggak tahan..!" aku
berteriak sambil menggedor-
gedor pintu.
"Akuu..! Tunggu sebentar..!"
ternyata adikku yang di dalam.
Terdengar suaranya dari dalam.
"Nggak bisa nunggu..! Cepetan..!"
kataku memaksa.
Gila, aku benar-benar sudah
tidak kuat menahan ingin pipis.
"Kreekk..!" terbuka sedikit pintu
kamar mandi, kepala adikku
muncul dari celahnya.
"Ada apa sih..?" katanya.
Tanpa menjawab
pertanyaannya, aku langsung
nyerobot ke dalam karena sudah
tidak tahan. Langsung aku
jongkok, menaikkan rokku dan
membuka celana dalamku.
"Serrrr…" keluar air seni dari
vaginaku.
Kulihat adikku yang berdiri di
depanku, badannya masih
telanjang bulat.
"Wooiiyyy..! Sopan dikit napa..?"
teriaknya sambil melotot tetap
berdiri di depanku.
"Sebentarrr..! Udah nggak kuat
nih," kataku.
Sebenarnya aku tidak mau
menurunkan pandangan mataku
ke bawah. Tetapi sialnya, turun
juga. Kelihatan deh burungnya.
"Hihihihi..! Masih keriput kayak
dulu, cuma sekarang agak gede
dikitlah…" gumanku dalam hati.
Aku takut tertangkap basah
melihat penisnya, cepat-cepat
kunaikkan lagi mataku melihat
ke matanya. Eh, ternyata dia
sudah tidak melihat ke mataku
lagi. Sialan..! Dia lihat vaginaku
yang lagi mekar sedang pipis.
Cepat-cepat kutekan sekuat
tenaga otot di vaginaku biar
cepat selesai pipisnya. Tidak
sengaja, kelihatan lagi
burungnya yang masih belum
disunat itu. Sekarang penisnya
kok pelan-pelan semakin gemuk.
Makin naik sedikit demi sedikit,
tapi masih kelihatan lemas
dengan kulupnya masih
menutupi helm penisnya.
"Sialan nih adikku. Malah
ngeliatin lagi, mana belum habis
nih air kencing..!" aku bersungut
dalam hati.
"Oooo..! Kayak gitu ya Teh..?"
katanya sambil tetap melihat ke
vaginaku.
"Eh kurang ajar Lu ya..!"
langsung saja aku berdiri
mengambil gayung dan
kulemparkan ke kepalanya.
"Bletak..!" kepala adikku memang
kena pukul, tetapi hasilnya air
kencingku kemana-mana,
mengenai rok dan celana
dalamku.
"Ya… basah deh rok Teteh…"
kataku melihat ke rok dan celana
dalamku.
"Syukurin..! Makanya jangan
masuk seenaknya..!" katanya
sambil mengambil gayung dari
tanganku.
"Mandi lagi ahh..!" lanjutnya
sambil menyiduk air dan
menyiram badannya.
Terus dia mengambil sabun dan
mengusap sabun itu ke
badannya.
"Waduh.., sialan nih adik..!"
sungutku dalam hati.
Waktu itu aku bingung mau
gimana nih. Mau keluar, tapi aku
jijik pake rok dan celana dalam
yang basah itu. Akhirnya
kuputuskan untuk buka celana
dalam dan rokku, lalu pinjam
handuk adikku dulu. Setelah
salin, baru kukembalikan
handuknya.
"Udah.., pake aja handuk Aku..!"
kata adikku.
Sepertinya dia mengetahui
kebingunganku. Kelihatan
penisnya mengkerut lagi.
"Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..!"
batinku.
Aku lalu membuka celana
dalamku yang warnanya merah
muda, lalu rokku. Kelihatan lagi
deh vaginaku. Aku takut adikku
melihatku dalam keadan seperti
itu. Jadi kulihat adikku. Eh sialan,
dia memang memperhatikan aku
yang tanpa celana.
"Teh..! Memek tu emang gemuk
kayak gitu ya..? Hehehe..!"
katanya sambil nyengir.
Sialan, dia menghina vaginaku,
"Iya..!" kataku sewot. "Daripada
culun kayak punya Kamu..!"
kataku sambil memukul bahu
adikku.
Eh tiba-tiba dia berkelit, "Eitt..!"
katanya.
Karena aku memukul dengan
sekuat tenaga, akhirnya aku
terpeleset. Punggungku jatuh ke
tubuhnya. Kena deh pantatku ke
penisnya.
"Iiihhh.., rasanya geli banget..!"
cepat-cepat kutarik tubuhku
sambil bersungut, "Huh..! Elo
sih..!"
"Teh.. kata Teteh tadi culun,
kalau kayak gini culun nggak..?"
katanya mengacuhkan
omonganku sambil menunjuk ke
penisnya.
Kulihat penisnya mulai lagi
seperti tadi, pelan-pelan semakin
gemuk, makin tegak ke arah
depan.
"Ya.. gitu doang..! Masih kayak
anak SD ya..?" kataku mengejek
dia.
Padahal aku kaget juga,
ukurannya bisa bertambah
begitu jauh. Ingin juga sih tahu
sampai dimana bertambahnya.
Iseng aku tanya, "Gedein lagi
bisa nggak..?" kataku sambil
mencibir.
"Bisa..! Tapi Teteh harus bantu
dikit dong..!" katanya lagi.
"Megangin ya..? Wekss.., ya
nggak mau lah..!" cibirku.
"Bukan..! Teteh taruh ludah aja di
atas tititku..!" jawabnya.
Karena penasaran ingin melihat
penis cowok kalau lagi penuh,
kucoba ikuti perkataan dia.
"Gitu doang kan..? Mau Teteh
ngeludahin Kamu mah. Dari dulu
Teteh pengen ngeludahin
Kamu""Asyiiikkk..!" katanya.
Sialan nih adikku, aku dikerjain.
Kudekatkan kepalaku ke arah
penisnya, lalu aku
mengumpulkan air ludahku. Tapi
belum juga aku membuang
ludahku, kulihat penisnya sudah
bergerak, kelihatan penisnya
naik sedikit demi sedikit.
Diameternya makin lama
semakin besar, jadi kelihatan
semakin gemuk. Dan panjangnya
juga bertambah. Asyiik banget
melihatnya. Geli di sekujur tubuh
melihat itu semua. Tidak lama
kepala penisnya mulai kelihatan
di antara kulupnya. Perlahan-
lahan mendesak ingin keluar.
Wahh..! Bukan main perasaan
senangku waktu itu. Aku benar-
benar asyik melihat helm itu
perlahan muncul. Seperti
penyanyi utama yang baru
muncul di atas panggung setelah
ditunggu oleh fans-nya.
Akhirnya bebas juga kepala
penis itu dari halangan
kulupnya. Penis adikku sudah
tegang sekali. Menunjuk ke
arahku. Warnanya kini lebih
merah. Aku jadi terangsang
melihatnya. Kualihkan
pandangan ke adikku.
"Hehe…" dia ke arahku. "Masih
culun nggak..?" katanya lagi.
"Hehe..! Macho kan..!" katanya
tetap tersenyum.
Tangannya tiba-tiba turun
menuju ke selangkanganku.
Walaupun aku terangsang, tentu
saja aku tepis tangan itu.
"Apaan sih Elo..!" kubuang
tangannya ke kanan.
"Teh..! Please Tehhh.. Pegang aja
Teh… Nggak akan diapa-apainâ
€¦ Aku pengen tahu rasanya
megang itu-nya cewek. Cuma itu
aja Teh.." kata adikku, kembali
tangannya mendekati
selangkanganku.
Waduuhh.. sebenarnya aku mau
jaga image, masa mau sih sama
adik sendiri, tapi aku juga ingin
tahu bagaimana rasanya
dipegang oleh cowok di vagina.
"Inget..! Jangan digesek-gesekin,
taruh aja tanganmu di situ..!"
akhirnya aku mengiyakan. Deg-
degan juga hati ini.
Tangan adikku lalu mendekat,
bulu kemaluanku sudah
tersentuh oleh tangannya. Ihh
geli sekali… Aku lihat penisnya
sudah keras sekali, kini
warnanya lebih kehitaman
dibanding dengan sebelumnya.
Uuppss… Hangatnya tangan
sudah terasa melingkupi
vaginaku. Geli sekali rasanya
saat bibir vaginaku tersentuh
telapak tangannya. Geli-geli
nikmat di syaraf vaginaku. Aku
jadi semakin terangsang
sehingga tanpa dapat ditahan,
vaginaku mengeluarkan cairan.
"Hihihi.. Teteh terangsang ya..?"
"Enak aja… sama Kamu mah
mana bisa terangsang..!"
jawabku sambil merapatkan
selangkanganku agar cairannya
tidak semakin keluar.
"Ini basah banget apaan Teh..?"
"Itu sisa air kencing Teteh
tahuuu..!" kataku berbohong
padanya.
"Teh… memek tu anget, empuk
dan basah ya..?"
"Tau ah… Udah belum..?" aku
berlagak sepertinya aku
menginginkan situasi itu
berhenti, padahal sebenarnya
aku ingin tangan itu tetap
berada di situ, bahkan kalau bisa
mulai bergerak menggesek bibir
vaginaku.
"Teh… gesek-gesek dikit ya..?"
pintanya.
"Tuh kan..? Katanya cuma
pegang aja..!" aku pura-pura
tidak mau.
"Dikit aja Teh… Please..!"
"Terserah Kamu aja deh..!" aku
mengiyakan dengan nada malas-
malasan, padahal mau banget
tuh. Hihihi.. Habis enak sih…
Tangan adikku lalu makin masuk
ke dalam, terasa bibir vaginaku
terbawa juga ke dalam.
Ouughh..! Hampir saja kata-kata
itu keluar dari bibirku. Rasanya
nikmat sekali. Otot di dalam
vaginaku mulai terasa
berdenyut. Lalu tangannya
ditarik lagi, bibir vaginaku ikut
tertarik lagi.
"Ouughh..!" akhirnya keluar juga
desahan nafasku menahan rasa
nikmat di vaginaku.
Badanku terasa limbung, bahuku
condong ke depan. Karena takut
jatuh, aku bertumpu pada bahu
adikku.
"Enak ya Tehh..?"
"Heeh..," jawabku sambil
memejamkan mata.
Tangan adikku lalu mulai maju
dan mundur, kadang klitorisku
tersentuh oleh telapak
tangannya. Tiap tersentuh
rasanya nikmat luar biasa, badan
ini akan tersentak ke depan.
"Tehh..! Adek juga pengen
ngerasaain enaknya dong..!"
"Kamu mau diapain..?" jawabku
lalu membuka mata dan melihat
ke arahnya.
"Ya pegang-pegangin juga..!"
katanya sambil tangan satunya
lalu menuntun tanganku ke arah
penisnya.
Kupikir egois juga jika aku tidak
mengikuti keinginannya.
Kubiarkan tangannya menuntun
tanganku. Terasa hangat
penisnya di genggaman tangan
ini. Kadang terasa kedutan di
dalamnya. Karena masih ada
sabun di penisnya, dengan
mudah aku bisa memaju-
mundurkan tanganku mengocok
penisnya.
Kulihat tubuh adikku kadang-
kadang tersentak ke depan saat
tanganku sampai ke pangkal
penisnya. Kami berhadapan
dengan satu tangan saling
memegang kemaluan dan
tangan satunya memegang
bahu.
Tiba-tiba dia berkata, "Teh..! Titit
Adek sama memek Teteh
digesekin aja yah..!"
"Heeh" aku langsung
mengiyakan karena aku sudah
tidak tahan menahan
rangsangan di dalam tubuh.
Lalu dia melepas tangannya dari
vaginaku, memajukan badannya
dan memasukkan penisnya di
antara selangkanganku. Terasa
hangatnya batang penisnya di
bibir vaginaku. Lalu dia memaju-
mundurkan pinggulnya untuk
menggesekkan penisnya dengan
vaginaku.
"Ouughhh..!" aku kini tidak malu-
malu lagi mengeluarkan erangan.
"Dek… masukin aja..! Teteh
udah nggak tahan..!" aku benar-
benar sudah tidak tahan, setelah
sekian lama menerima
rangsangan. Aku akhirnya
menghendaki sebuah penis
masuk ke dalam vaginaku.
"Iya Teh..!"
Lalu dia menaikkan satu pahaku,
dilingkarkan ke pinggangnya,
dan tangan satunya
mengarahkan penisnya agar
tepat masuk ke vaginaku.
Aku terlonjak ketika sebuah
benda hangat masuk ke dalam
kemaluanku. Rasanya ingin
berteriak sekuatnya untuk
melampiaskan nikmat yang
kurasa. Akhirnya aku hanya bisa
menggigit bibirku untuk
menahan rasa nikmat itu. Karena
sudah dari tadi dirangsang, tidak
lama kemudian aku mengalami
orgasme. Vaginaku rasanya
seperti tersedot-sedot dan
seluruh syaraf di dalam tubuh
berkontraksi.
"Ouuggggkkk..!" aku tidak kuat
untuk tidak berteriak.
Kulihat adikku masih terus
memaju-mundurkan pinggulnya
dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba
dia mendorong sekuat tenaga
hingga badanku terdorong
sampai ke tembok.
"Ouughhh..!" katanya.
Pantatnya ditekannya lama
sekali ke arah vaginaku. Lalu
badannya tersentak-sentak
melengkung ke depan.
Kurasakan cairan hangat di
dalam vaginaku.
Lama kami terdiam dalam posisi
itu, kurasa penisnya masih
penuh mengisi vaginaku. Lalu
dia mencium bibirku dan
melumatnya. Kami berpagutan
lama sekali, basah keringat
menyiram tubuh ini. Kami saling
melumat bibir lama sekali.
Tangannya lalu meremas susuku
dan memilin putingnya.
"Teh..! Teteh nungging, terus
pegang bibir bathtub itu..!" tiba-
tiba dia berkata.
"Wahh..! Gila Lu ya..!"
"Udah.., ikutin aja..!" katanya lagi.
Aku pun mengikuti petunjuknya.
Aku berpegangan pada bathtub
dan menurunkan tubuh bagian
atasku, sehingga batang
kemaluannya sejajar dengan
pantatku. Aku tahu adikku bisa
melihat dengan jelas vaginaku
dari belakang. Lalu dia
mendekatiku dan memasukkan
penisnya ke dalam vaginaku dari
belakang.
"Akkkhh..! Gila..!" aku menjerit
saat penis itu masuk ke dalam
rongga vaginaku.
Rasanya lebih nikmat dibanding
sebelumnya. Rasa nikmat itu
lebih kurasakan karena tangan
adikku yang bebas kini
meremas-remas payudaraku.
Adikku terus memaju-
mundurkan pantatnya sampai
sekitar 10 menit ketika kami
hampir bersamaan mencapai
orgasme. Aku rasakan lagi
tembakan sperma hangat
membasahi rongga vaginaku.
Kami lalu berciuman lagi untuk
waktu yang cukup lama.
Setelah kejadian itu, kami jadi
sering melakukannya, terutama
di kamarku ketika malam hari
saat orang tua sudah pergi tidur.
Minggu-minggu awal, kami
melakukannya bagaikan
pengantin baru, hampir tiap
malam kami bersetubuh. Bahkan
dalam semalam, kami bisa
melakukan sampai 4 kali.
Biasanya aku membiarkan pintu
kamarku tidak terkunci, lalu
sekitar jam 2 malam, adikku akan
datang dan menguncinya. Lalu
kami bersetubuh sampai
kelelahan.
Kini setelah aku di Bandung,
kami masih selalu melakukannya
jika ada kesempatan. Kalau
bukan aku yang ke Sukabumi,
maka dia yang akan datang ke
Bandung untuk menyetor
spermanya ke vaginaku. Saat ini
aku mulai berani menghisap
sperma yang dikeluarkan oleh
adikku.
TAMAT

2 komentar: